Minggu, 23 Januari 2022

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 18 November 2012 (Bgn 4)

 

  

Dalam membabarkan Dharma, mengapa Sang Buddha menggunakan banyak istilah padahal memiliki makna yang serupa? Hal ini adalah upaya kausalya dalam menyampaikan ajaranNya, supaya kita jangan melekat pada kata dan kalimat.

 

Istilah-istilah hanyalah semu belaka, bukan nyata adanya, jika melekat padanya maka anda telah keliru, jadi tidak boleh terbelenggu olehnya, asalkan dapat memahami makna-nya maka sudah boleh.

 

Maka itu di dalam “Gatha Pembukaan Sutra” tercantum “Semoga memahami makna sebenarnya dari sutra yang dibabarkan Tathagata”, di dalam “Empat Andalan Dharma” juga disebutkan bahwa “mengandalkan makna yang tersirat dan bukan mengandalkan isi yang tersurat”, jadi yang kita andalkan adalah makna-nya, sedangkan mengenai isinya itu baik panjang maupun pendek, pembahasannya mendalam atau dangkal, singkat atau bertele-tele, bukanlah masalah, yang penting adalah makna-nya. Sesungguhnya kata atau kalimat apa yang tercantum bukanlah masalah, yang penting anda paham maka sudah boleh.

 

Maka itu Asvaghosa mengajarkan kita, dalam mendengar ceramah, janganlah melekat pada kata dan kalimat, nama dan istilah, contohnya Bodhicitta adalah salah satu istilah, jika anda duduk mendengarkan ceramah sambil memikirkan apa artinya, maka tindakan anda telah keliru.

 

Hendaknya meneruskan mendengar ceramah tersebut, kalau dapat memahaminya yah baguslah, sebaliknya jika ada bagian yang tidak dipahami, janganlah dihiraukan, lantas bagaimana? Jika masih ada ceramah ulangan, bolehlah kembali mendengarkannya lagi dari awal sampai akhir.

 

Orang Tiongkok zaman dulu berkata “Mengulang membaca buku ribuan kali, makna-nya dapat dipahami dengan sendirinya”, setelah mengulang membaca hingga seribu kali, makna apa yang terkandung di dalamnya, dengan sendirinya dapat dimengerti. Apakah benar? Memang benar, sama sekali tidak semu. Apa alasannya?

 

Setelah pengulangan sebanyak seribu kali, hatimu memasuki samadhi. Apa maksudnya memasuki samadhi? Khayalan dan bentuk-bentuk pikiran telah lenyap, hati sejati muncul ke permukaan.

 

Hati sejati dapat memahami segala makna, maka itu dengan sendirinya dapat dimengerti, tidak perlu sengaja mempelajarinya. Asalkan anda menggunakan hati yang tulus, hal yang belum pernah dipelajari, begitu melihatnya anda sudah memahaminya, sungguh menakjubkan!

 

Maka itu pendidikan bangsa Timur, sejak dahulu kala hingga sekarang, adalah mengajarkan dirimu supaya tercerahkan, bukanlah mengajarimu harus mengingat sebanyak-banyaknya, metode begini tidak digunakan orang Timur, orang Timur mengajarkan padamu kebijaksanaan.

 

Tercerahkan adalah kebijaksanaan muncul ke permukaan, bukanlah pengetahuan, ilmu pengetahuan tidak dapat menyelesaikan persoalan, namun kebijaksanaan dapat menuntaskan permasalahan.

 

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 18 November 2012

 

Gatha Pembukaan Sutra :

http://semerbaksukhavati.blogspot.co.id/2017/08/gatha-pembukaan-sutra.html

 

Empat Andalan Dharma :

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 23 Oktober 2012 (Bgn 2)

https://sepuluhlafalan.blogspot.com/2021/02/kutipan-ceramah-master-chin-kung-23_13.html

 

Tiga prinsip Asvaghosa :

http://sekuntumlotus.blogspot.com/search/label/Tiga%20Prinsip%20Asvaghosa

 

 

佛為什麼一個名詞說這麼多的術語?這是教學的方便、教學的善巧,教我們不要執著名字相。名字相是假的不是真的,你要執著它你就錯了,不能執著,懂得意思就行了。所以開經偈上說,「願解如來真實義」,四依法裡面佛告訴我們,「依義不依語」,我們依是依義,語言長說短說、深說淺說、多說少說沒關係,要依它的義。這些言語到底說的是什麼,你能把這個聽懂就對了。

 

所以馬鳴菩薩教我們,聽教,聽教就是聽講演、聽講經,這聽教,不執著言說相、不執著名字相,菩提心是個名字,不執著心緣相,我想想這是什麼意思,你想就錯了。一直聽下去,聽懂了很好,聽不懂了別去理它,怎麼辦?第二遍再來。中國古人講「讀書千遍,其義自見」,念到一千遍,什麼意思自然明白了。真的嗎?真的,一點不假。為什麼?一千遍,你心入定了。入定就是什麼?你的妄想、雜念統統念掉了,沒有了,那就是真心現前。真心能含一切義,真心能明瞭一切義,自然明瞭,不用學的。只要你用真心,沒有學過的東西,你一看就懂了,一聽就懂了,一接觸就懂了,徹底懂得,這妙!

 

所以東方人教學,自古以來,是教你開悟,不是教你記得很多,記問之學東方人不取,東方人教你智慧。開悟就是智慧現前,不是知識,知識不能解決問題,智慧能解決問題。

 

文摘恭錄 二零一二淨土大經科註  (第二十一集)  2012/11/18  香港佛陀教育協會  檔名:02-040-0021

 

 

 

 

Sepuluh lafalan pasti terlahir ke Alam Sukhavati, bagaimana cara menjelaskan sepuluh lafalan ini? Di dalam 48 tekad agung telah diungkapkan dengan jelas. Sepuluh lafalan ini tentunya merupakan niat pikiran terakhir saat menjelang ajal.

 

Saat menjelang ajal, niat hati si praktisi haruslah melafal Amituofo dan bertekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, dengan demikian pasti terlahir ke Alam Sukhavati, sepuluh lafalan, atau cuma satu lafalan juga dapat terlahir ke Alam Sukhavati.

 

Makanya ada sebagian orang (yang salah penafsiran), setelah mendengar hal ini, merasa Pintu Dharma ini begitu bagus, saat menjelang ajal cuma melafal Amituofo sepuluh kali saja sudah dapat terlahir ke Alam Sukhavati, jadi sekarang boleh bersantai-santai dulu, tidak perlu capek-capek melafal, tunggu sampai saat menjelang ajal barulah melafal sepuluh kali.

 

Masuk akal tidak? Masuk akal. Apakah orang begini bisa berhasil terlahir ke Alam Sukhavati? Bisa, tekad Buddha Amitabha memang sedemikian adanya. Tetapi cobalah renungkan, saat menjelang ajal apakah si pasien masih sempat melafal Amituofo (jika dalam keseharian tidak pernah melafalnya sama sekali)? Apakah saat menjelang ajal, anda masih ingat melafal Amituofo? Hal ini tentunya sulit.

 

Kebanyakan orang saat menjelang ajal menderita penyakit berat, bahkan sanak keluarganya saja tidak bisa dikenali-nya, maka tidak berdaya sama sekali. Para sahabat Dharma datang membantumu melafal Amituofo, mendengar lafalan Amituofo, anda malah jadi emosi dan memarahi mereka. Kasus begini pernah kami saksikan dengan mata kepala sendiri.

 

Saat permulaan saya menjadi Bhiksu, di Vihara Linji (Taiwan) ada sebuah perkumpulan pelafal Amituofo, ketua kebaktian adalah seorang upasaka yang telah berusia lanjut, orang Fuzhou, marga Lin.

 

Tiap minggu mereka menyelenggarakan kebaktian bersama, yakni di Vihara Linji, mereka juga merupakan pendukung Dharma di Vihara Linji. Upasaka Lin memimpin kebaktian, dia telah melafal Amituofo selama berpuluh-puluh tahun, mampu memukul alat kebaktian dengan sangat bagus, bahkan juga mampu mengajarkan alat kebaktian kepada para pemula.

 

Namun saat menjelang ajal, beliau menderita penyakit kritis, dia malah tidak ingin terlahir ke Alam Sukhavati, takut mati, dia menyuruh para sahabat Dharma supaya melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara, memohon supaya penyakitnya bisa sembuh, jadi jangan melafal Amituofo.

 

Anda tentunya dapat membayangkan, saat menjelang ajal takut mati, masih mendambakan dunia ini, pada akhirnya dia meninggal secara tidak ikhlas, kejadian ini kami saksikan dengan mata kepala sendiri.

 

Padahal semasa hidupnya, Upasaka Lin selalu menasehati orang lain supaya melafal Amituofo, namun dirinya sendiri saat menjelang ajal malah terpuruk sampai begini, tidak sanggup mengikhlaskan dunia ini.

 

Bagaimana pula dengan diri kita sendiri, apakah saat menjelang ajal mampu mengikhlaskan? Apakah kita memiliki keyakinan sepenuhnya pasti terlahir ke Alam Sukhavati?

 

Maka itu patut diketahui momen terakhir itu sangat menentukan, jadi tidak boleh mengandalkan faktor keberuntungan. Sebelumnya saya pernah menceritakan tentang seorang Upasaka, istrinya saat menjelang ajal melihat kehadiran Buddha Amitabha, Buddha Amitabha bertanya padanya, apakah anda mau ke Alam Sukhavati? Istrinya tidak berani menjawab, akhirnya Buddha Amitabha pun beranjak pergi.

 

Setelah Buddha Amitabha berlalu, barulah dia menyesal. Mengapa saat itu dia tidak menjawab? Oleh karena ketika Buddha Amitabha menanyakan kesediaannya, dia teringat pada putrinya yang masih berusia kecil, masih merisaukannya.

 

Hendaknya dia menyadari bahwa anak cucu itu punya berkah masing-masing, buat apa merisaukannya, begitu merisaukannya, ditarik kembali ke dalam lingkaran enam alam tumimbal lahir.

 

Tetapi suaminya setelah mendengar kisah istrinya, keyakinan hatinya malah bertambah kokoh, Buddha Amitabha nyata adanya, terlahir ke Alam Sukhavati juga nyata adanya, maka itu dia jadi makin tekun melafal Amituofo, tidak membiarkan istrinya mengetahuinya.

 

Saat menjelang ajal, Upasaka ini perginya juga diam-diam, tidak memberitahu keluarganya, dia tidak memiliki rintangan, terlahir ke Alam Sukhavati dengan posisi berdiri. Dia merupakan insan cerdas.

 

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 18 November 2012

 

十念必生,十念怎麼講法?到四十八願的時候會有很詳細的說明。十念當然是臨終最後這個念頭,臨命終時,人的心、願是念佛、是求生淨土,就必定得生,十念、一念都能往生。所以有些人聽了,這法門好,臨終十念能往生,現在可以什麼都不幹,到臨終的時候念十句佛號就能往生。有沒有道理?有道理。真能往生嗎?真能往生,阿彌陀佛本願如是。可是你要問問,你臨命終時能念嗎?臨命終時你還能記得阿彌陀佛嗎?這就難了。如果臨命終時,很多臨命終時,病重的時候,連家親眷屬都不認識,那就一點辦法都沒有了。大家幫你助念,你都不能跟,可能你還討厭,還得罵人。這個事情我們見到,親眼所見。

 

我初出家的時候,在圓山臨濟寺,臨濟寺有個念佛團,那個副團長是個老居士,福州人,姓林。平常每個星期他們共修,就在臨濟寺這個道場,他們是臨濟寺的護法,在道場共修。他自己當維那,念佛念了幾十年,法器敲得好,會教法器。可是臨終之前,病重的時候,他不想往生,他怕死,他叫大家念觀世音菩薩,求觀世音菩薩保佑他病好,不要讓大家念佛。你說,臨終怕死,對這個世間貪戀,到最後走得很不好,這我們親眼看到的。天天勸人念佛,到最後自己落得這個樣子,世間放不下。我們到那個時候能放下嗎?你有把握嗎?所以一定要知道,那是最後的關頭,不可靠。我前面一堂課報告的,往生的一個居士,他太太見到阿彌陀佛,都是求生淨土,阿彌陀佛問她要不要去?她不敢答應,結果佛走了。走了之後,後悔。為什麼?佛一問,她就想到她的小孩,小孩怎麼辦?不知道兒孫自有兒孫福,可不能牽掛,一牽掛就被他拉回來了。可是她先生聽她講這個故事,先生的信心堅定了,真有阿彌陀佛,真有往生這回事情,他就真幹,天天加功用行,不讓他太太知道。走的時候根本不說,他沒障礙,留下遺囑,不跟你講,站著往生。這聰明人。

 

文摘恭錄 二零一二淨土大經科註  (第二十一集)  2012/11/18  香港佛陀教育協會  檔名:02-040-0021

 

 

 

 

Sebelumnya saya pernah menceritakan tentang seorang Upasaka, istrinya saat menjelang ajal melihat kehadiran Buddha Amitabha, Buddha Amitabha bertanya padanya, apakah anda mau ke Alam Sukhavati? Istrinya tidak berani menjawab, akhirnya Buddha Amitabha pun beranjak pergi.

 

Setelah Buddha Amitabha berlalu, barulah dia menyesal. Mengapa saat itu dia tidak menjawab? Oleh karena ketika Buddha Amitabha menanyakan kesediaannya, dia teringat pada putrinya yang masih berusia kecil, masih merisaukannya.

 

Hendaknya dia menyadari bahwa anak cucu itu punya berkah masing-masing, buat apa merisaukannya, begitu merisaukannya, ditarik kembali ke dalam lingkaran enam alam tumimbal lahir.

 

Tetapi suaminya setelah mendengar kisah istrinya, keyakinan hatinya malah bertambah kokoh, Buddha Amitabha nyata adanya, terlahir ke Alam Sukhavati juga nyata adanya, maka itu dia jadi makin tekun melafal Amituofo, tidak membiarkan istrinya mengetahuinya.

 

Saat menjelang ajal, Upasaka ini perginya juga diam-diam, tidak memberitahu keluarganya, dia tidak memiliki rintangan, terlahir ke Alam Sukhavati dengan posisi berdiri. Dia merupakan insan cerdas.

 

Maka itu terhadap dunia ini hendaknya tidak tercemar meskipun oleh setitik debu pun, barulah kita dapat meninggal dengan tenang dan terlahir ke Alam Sukhavati. Tubuh jasmani ini janganlah terlampau merawatnya, jika terhadap tubuh kasar ini tidak melekat, maka hal lainnya sudah gampang.

 

Dalam segala hal, menuruti jodoh apa adanya, menuruti kehendak para makhluk, bersukacita terhadap jasa kebajikan yang dilakukan orang lain, begini barulah bisa berhasil. Dalam segala hal menuruti jodoh, tidak memaksakan kehendak, barulah dapat menjamin keberhasilan diri sendiri.

 

Maka itu janganlah mengandalkan faktor keberuntungan, salah tafsir bahwa sekarang berbuat dosa bukanlah masalah, nanti kan bisa membawa karma serta terlahir ke Alam Sukhavati, saat menjelang ajal tinggal melafal sepuluh kali saja, ini tidak bisa diandalkan, ini namanya mengelabui diri sendiri.

 

Sekarang selagi sehat sudah harus membiasakan diri melafal Amituofo, setiap saat telah mempersiapkan diri untuk terlahir ke Alam Sukhavati, kapan saja Buddha Amitabha datang menjemput, saya siap ikut denganNya.

 

Jika bertanya padaku, apakah saya masih mendambakan dunia ini? Saya pasti menjawabnya, tidak ada lagi. Apakah masih ada yang saya risaukan? Tidak ada lagi. Apakah ada pesan terakhir yang mau disampaikan? Tidak ada lagi. Semuanya tidak ada lagi, sekarang juga saya siap berangkat.

 

Secuil kemelekatan saja bisa membuatmu tertahan di lingkaran enam alam tumimbal lahir, anda gagal mencapai Alam Sukhavati, ini sungguh mengerikan.

 

Maka itu harus belajar mengikhlaskan, terutama terhadap orang-orang yang membutuhkan uluran tangan, kaum papa, mereka yang sengsara, mengerahkan segenap daya upaya guna membantu-nya. Lagi pula hidup di dunia ini tidaklah lama, saya sanggup mengikhlaskan-nya buat mereka. Jangan ada kerinduan dan nostalgia.

 

Hendaknya membangkitkan keyakinan bahwa Alam Sukhavati nyata adanya, Buddha Amitabha nyata adanya, saya bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, saya bertekad mengikuti Buddha Amitabha, berguru padaNya. Dengan demikian, memfokuskan diri melafal Amituofo berkesinambungan, pasti terlahir ke Alam Sukhavati.  

 

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 18 November 2012

 

我前面一堂課報告的,往生的一個居士,他太太見到阿彌陀佛,都是求生淨土,阿彌陀佛問她要不要去?她不敢答應,結果佛走了。走了之後,後悔。為什麼?佛一問,她就想到她的小孩,小孩怎麼辦?不知道兒孫自有兒孫福,可不能牽掛,一牽掛就被他拉回來了。可是她先生聽她講這個故事,先生的信心堅定了,真有阿彌陀佛,真有往生這回事情,他就真幹,天天加功用行,不讓他太太知道。走的時候根本不說,他沒障礙,留下遺囑,不跟你講,站著往生。這聰明人。

 

  所以,對這個世間確實一塵不染,我們才能去得了。身體,不要去照顧身體,身體丟掉了,連身體都不照顧了,其他的就好辦了。什麼都隨緣,恆順眾生,隨喜功德,這才能成就。一切隨緣不攀緣,才能保證我們自己成功。所以決定不能有僥倖心,自己造一點罪業沒有關係,可以帶業,臨命終時十念,這個是決定不可靠,自己欺騙自己。現在就要真幹,隨時可以往生,什麼時候佛現前我就跟他走。問我有沒有留戀?沒有了。還有什麼牽掛的?沒有了。有什麼交代的?沒有了,統統沒有,馬上就走了。有一念牽掛就把你掛住了,你就走不了,這個太可怕了。所以要捨,特別是有需要的人,貧窮的人、苦難的人,全心全力幫助他,反正我們要走了,統統留給你。不要有任何牽掛、有任何惦念。所以發心,發心真信於西方有極樂世界,真信有阿彌陀佛,我願生西方,我願意追隨阿彌陀佛,向他學習。這樣,一向專念阿彌陀佛,往生極樂世界,就必定得生。

 

文摘恭錄 二零一二淨土大經科註  (第二十一集)  2012/11/18  香港佛陀教育協會  檔名:02-040-0021