Senin, 21 Februari 2022

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 22 November 2012 (Bgn 4)

 

 

Tidak melekat pada kata dan kalimatnya, tidak melekat pada nama dan istilah, jangan ada penafsiran sendiri, ketiga hal ini merupakan poin penting yang diajarkan oleh Asvaghosa di dalam karyanya yang berjudul “Mahayana-Sraddhotpada-sastra” kepada kita, bagaimana sikap mental yang harus ada dalam mempelajari Buddha Dharma, terutama dalam belajar Ajaran Mahayana.

 

Dalam mendengar ceramah, jangan melekat pada kata dan kalimatnya, yakni jangan melekat pada ucapan. Jangan melekat pada nama dan istilah, contohnya Buddha, Bodhisattva, Arahat, ini merupakan istilah, lalu prajna, Dharmakaya, Dharmadhatu, semua ini merupakan istilah.

 

Juga jangan melekat pada penafsiran atau opini diri sendiri, contohnya setelah mendengar ceramah, saya menduga-duga apa makna-nya, hal ini tidak diperbolehkan.

 

Dengan perkataan lain, hendaknya jangan sampai timbul niat pikiran, jangan membeda-bedakan, jangan melekat, dengan cara sedemikian rupa mendengar ceramah, barulah anda memahami makna sesungguhnya dari ajaran Sutra yang dibabarkan oleh Tathagata.

 

Jika melekat pada kata dan kalimat, melekat pada nama dan istilah, di dalam hati memikirkan dan menduga-duga apa makna-nya, maka itu adalah penafsiran anda sendiri, bukanlah makna sesungguhnya dari ajaran Sutra yang dibabarkan oleh Tathagata.

 

Sama halnya pula dengan membaca Sutra, jangan melekat pada kata dan kalimatnya, juga jangan melekat pada nama dan istilah, serta jangan ada penafsiran atau opini sendiri. Jadi jangan sambil membaca Sutra, pikiran sibuk menduga-duga apa artinya, itu adalah penafsiranmu sendiri, bukanlah makna sesungguhnya dari ajaran Sutra yang dibabarkan Tathagata. Apa alasannya? Oleh karena Buddha tidak memiliki makna, andaikata Buddha memiliki makna, bukankah sudah berubah jadi orang awam?

 

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 22 November 2012

 

Tiga prinsip Asvaghosa :

http://sekuntumlotus.blogspot.com/search/label/Tiga%20Prinsip%20Asvaghosa

 

「四、實相念佛。遠離生滅、有無、能所、言說、名字、心緣等相,專念自性本具天真之佛。」我們看前面所說,生滅是相對的,生滅是一對,有無也是相對的,能所也是相對的。言說、名字、心緣,這是馬鳴菩薩在《起信論》裡面教給我們,應該用什麼樣的心態來學佛,特別是學大乘。教我們聽經要離言說相,就是不要執著言語;不要執著名詞術語,像佛、菩薩、阿羅漢這都是名詞,般若、法身、法界這也是名詞,不要執著這些名字相;也不要有心緣相,心緣是我聽了,我覺得他是說的什麼意思,這不能有。換句話說,要不起心、不動念、不分別、不執著,這樣去聽,你才懂得如來所說的真實義。如果執著言說相、名字相,心裡想它什麼意思,那是你自己意思,不是如來真實義。這是聽經。讀經,讀經不執著文字相,也不能執著名字相、心緣相,我看這是什麼意思,這自己意思,不是佛的意思。為什麼?佛沒有意思,佛要有意思不是變成凡夫了嗎?

 

文摘恭錄 二零一二淨土大經科註  (第二十九集)  2012/11/22  香港佛陀教育協會  檔名:02-040-0029

 

 

 

 

Insan yang memahami cara mendengar ceramah akan tercerahkan. Serupa dengan Master Huineng (Guru Sesepuh ke-6 Aliran Zen) ketika berada di dalam kuti kediaman Ketua Vihara, yakni Sesepuh ke-5, saat tengah malam, Sesepuh ke-5 menjelaskan “Sutra Intan” kepada dirinya, secara lisan,  tidak ada buku Sutra, Master Huineng tidak mengenal aksara, tidak butuh buku Sutra.

 

Sesepuh ke-5 menjelaskan “Sutra Intan” secara garis besar, ketika sampai pada kalimat “Dalam menyelamatkan para makhluk takkan melekat pada niat pikiran apapun”, Master Huineng mencapai pencerahan seketika.

 

Inilah yang dimaksud memahami cara mendengar ceramah secara benar. Kalau sudah mendengar tetapi tidak tercerahkan, berarti masih belum paham cara mendengar ceramah.

 

Sama halnya pula dengan membaca Sutra, kalau paham cara membaca dengan benar, maka bisa tercerahkan, asalkan kita tidak melekat pada tulisan, tidak melekat pada bahasa lisan, tidak melekat pada nama dan istilah.

 

Nama dan istilah hanyalah semu belaka, bukan nyata adanya, namun untuk memudahkan pengajaran, barulah digunakan, anda harus memahami makna dibaliknya.

 

Maka itu di dalam “Empat Andalan Dharma”, Buddha Sakyamuni mengajarkan kita supaya “Mengandalkan makna yang tersirat dan bukan mengandalkan isi yang tersurat”.

 

Saat berceramah adalah menggunakan bahasa lisan, dituangkan ke dalam bentuk tulisan, tidak mengandalkan ucapan berarti juga tidak mengandalkan kata dan kalimat.

 

Bahasa lisan dan tulisan adalah alat untuk mencapai tujuan, umpamanya menggunakan batu bata mengetuk pintu, setelah pintu dibukakan, tujuan telah tercapai, maka batu bata ini tidak ada gunanya lagi.

 

Maka itu sebelum pencerahan tercapai, ceramah Dharma dan buku Sutra masih diperlukan, ibarat batu bata pengetuk pintu tadi, masih ada gunanya; begitu pintu dibukakan, maka tidak dibutuhkan lagi, tidak boleh melekat padanya. Anda tidak mungkin membawa serta batu bata tersebut ke dalam rumah bukan?

 

Masih banyak orang yang belum tercerahkan, jadi batu bata ini boleh diberikan kepada mereka, sementara diri sendiri tidak membutuhkannya lagi. Sekarang kita masih belum sampai pada kondisi batin demikian, maka itu masih memerlukannya.

 

Tetapi kondisi batin ini, kita bisa melakukan perkiraan, dalam satu kehidupan ini adalah mustahil untuk mencapainya.

 

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 22 November 2012

 

Video kartun Riwayat Master Huineng :

https://youtu.be/AgPL9tEZnlM

 

Empat Andalan Dharma :

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 23 Oktober 2012 (Bgn 2)

https://sepuluhlafalan.blogspot.com/2021/02/kutipan-ceramah-master-chin-kung-23_13.html

 

會聽的人他會開悟。像惠能大師在五祖方丈室裡面,半夜三更召見,五祖給他講《金剛經》,那可是口說,決定沒有經本,六祖不認識字,不需要經本。講《金剛經》大意,講到「應無所住而生其心」,他就豁然大悟。那是什麼?會聽麼?會聽,那才叫會。聽了之後沒開悟,不會。讀經也是,會讀的開悟了,會看的開悟了,只要我們能夠不執著文字相,不執著言說相,不執著名詞術語的相。名詞術語是假設的,不是真的,為了教學方便才建立的,你要懂得它的意思。所以四依法裡頭,佛教給我們「依義不依語」。講經的時候是語言,記錄下來是文字,不依語也就不依文字。語言文字是個工具,是個敲門磚,門敲開之後,目的達到,敲門磚就丟掉,沒用了。所以沒有開悟的時候,講經、經本有用處,它是敲門磚,有用處;門敲開,不必要了,不要再執著了。還得保留是什麼?還有很多人沒開悟,這個敲門磚給他們,自己不要了。我們現在沒到這個境界,還要。但是這個境界,我們自己估量估量,這一生得不到,這是真的,不是假的。

 

文摘恭錄 二零一二淨土大經科註  (第二十九集)  2012/11/22  香港佛陀教育協會  檔名:02-040-0029

 

 

 


Saat permulaan belajar Ajaran Buddha, saya berkenalan dengan seorang Bhiksu, berasal dari Provinsi Jiangsu, sangat cerdas, usianya lebih tua 5 tahun dari saya, sangat akrab denganku.

 

Saya merasa ini merupakan kesempatan yang sulit diperoleh, saya mengajaknya ke Taichung, kami belajar ajaran Sutra bersama-sama. Dia tinggal di Taichung hanya 10 bulan lamanya, tidak sanggup menetap lebih lama lagi, lalu angkat kaki, kembali menyelenggarakan upacara-upacara ritual.

 

Selama menjalani kurun waktu 10 bulan di Taichung, dia berkata, susunan jadwal Guru Li (Upasaka Li Bing-nan)  terlampau lamban, seminggu cuma ada satu kali pertemuan di kelas belajar ajaran Sutra, harus tunggu sampai kapan baru bisa menamatkan-nya?

 

Saya sendiri memiliki kesabaran untuk menetap di Taichung hingga 10 tahun lamanya, sementara itu dia cuma tinggal 10 bulan saja sudah tidak sabaran. Mengapa demikian? Semangatnya terlampau berkobar-kobar, tidak bersedia merendahkan hati, angkuh.

 

Kala itu saya sedang mengikuti Guru Li belajar “Surangama Sutra”, dia juga ikut serta bersama saya belajar “Surangama Sutra”, saya coba menasehatinya tapi dia tidak mau mendengarnya.

 

Saya bilang padanya, saya telah mempelajari 30 judul Sutra kecil, saya telah memiliki dasar, sementara anda masih belum memiliki dasar, baru mulai sudah mau belajar Sutra besar, takutnya tidak bisa.

 

Dia mengira saya meremehkan dirinya, sehingga belajar keras, tengah malam bangun untuk membaca penjelasan Sutra, hingga akhirnya kesehatannya terganggu.

 

Karena memaksakan diri melampaui kemampuan tubuh sendiri, akibatnya kesehatan terganggu dan dia pun beranjak pergi. Di kemudian hari dia sangat menyesal, saya tidak menuruti perkataanmu, andaikata saat permulaan saya belajar Sutra kecil duluan, alangkah sukacita-nya! Apa alasannya?

 

Salama kurun waktu 1-2 bulan digunakan hanya untuk belajar satu judul Sutra saja; contohnya untuk belajar “Surangama Sutra” saja, meskipun mempelajarinya hingga 3 tahun lamanya juga belum menamatkannya. Manalah bisa begitu gampang!

 

Belajar itu harus pelan-pelan dan sabar, tidak boleh tergesa-gesa, dari tahapan yang paling dasar, maju selangkah demi selangkah. Kita harus mengakui diri sendiri bukanlah insan berbakat, tidak serupa dengan Master Huineng yang memiliki akar kebijaksanaan tertinggi, Master Huineng mampu mencapai pencerahan seketika, kita tidak bisa mewujudkannya, kita harus maju setahap demi setahap.

 

Baik Guru Fang (Profesor Fang Dongmei) maupun Guru Li, juga mengajarkan hal yang sama padaku, mereka melihatnya dengan sangat tepat. Murid yang bersedia belajar, suka belajar, pasti berhasil, tetapi butuh waktu yang sangat panjang.

 

Tempo dulu Guru Li saat permulaan mengajari saya, beliau bilang padaku, batas waktu bagi saya adalah 5 tahun. Tetapi setelah belajar selama 5 tahun kemudian, saya bilang kepada Guru Li : Guru, selama 5 tahun ini saya benar-benar merasakan manfaatnya, saya berharap bisa memperpanjang waktu belajar 5 tahun lagi.

 

Guru Li tersenyum, menaati peraturan beliau, belajar selama 10 tahun lamanya, barulah akar yang ditanam bisa kuat dan kokoh; andaikata baru 5 tahun saya sudah angkat kaki, hari ini tidak mungkin ada prestasi sedemikian rupa.

 

Ibarat membangun rumah, fondasinya harus kokoh, waktu 5 tahun hanyalah meletakkan landasan umum, akar yang ditanam kian lama kian mendalam.

 

Maka itu meletakkan landasan itu amatlah penting, dari sini dapat dilihat masa depanmu, dengan fondasi yang padat dan kokoh, masa depanmu akan gilang-gemilang.

 

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 22 November 2012

 

我在初學佛的時候認識一個法師,江蘇人,很聰明,大我五歲,跟我是很要好的朋友。我覺得很難得,我把他帶到台中,我們一起學經教。他在台中住了十個月住不下去,離開了,再去搞經懺佛事。在台中十個月,他說老師的進度太慢,我們一個星期才學一堂佛經,這要到哪一年才能學成?我有耐心在台中住十年,他十個月就住不下去了。是什麼?用功太猛,自己不肯虛心,有傲慢。我那個時候跟李老師學《楞嚴經》,他也跟我一樣學《楞嚴經》,我就勸他不行,我說我已經學了三十部小部經,我有這個基礎,你沒有基礎,一接觸就學這個大經,恐怕不行。他以為我瞧不起他,小看了他,真用功,半夜起來都看註解,看到自己身體不行了。這就是精力超過,身體就不好了,所以就離開。以後他很後悔,他說我沒聽你的話,我要學小部經的話,那多喜歡!為什麼?一個月、二個月就學一部;《楞嚴經》一樣,學三年還沒學完。哪有那麼簡單!

 

  學東西慢慢來,不要著急,循序漸進。我們要肯定自己不是天才,不是惠能那個上上根人,他那個能力行,我們不行,我們要按部就班,讀書一年級、二年級,慢慢向上提升。方老師、李老師都是這樣教我,他們看得很準。真肯學、真好學,一定有成就,但是要有很長的時間。李老師當年教我的時候,一開端告訴我,給我定的期限是五年,不是五個月,五年。可是我五年學下來之後,我自己告訴老師,我說:老師,這五年很有受用,我希望再延長五年。老師笑笑。守他的規矩,十年,你那個根才紮得穩;要是五年就離開,今天不可能有現在的成就。就像蓋房子一樣,基礎不夠,五年是個普通基礎,根愈深愈好。所以奠基比什麼都重要,從奠基能夠看出你的前途,真正有結實、堅固的根基,前途無量。

 

文摘恭錄 二零一二淨土大經科註  (第二十九集)  2012/11/22  香港佛陀教育協會  檔名:02-040-0029